Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir (IAT) dengan fokus kajian pada Ilmu-Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir telah
menyelenggarakan seminar bertajuk "Tafsir dalam Konteks Realitas
Masyarakat Modern dalam Berbusana" pada tanggal 4 Mei 2025 di Kampus
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Amuntai. Kegiatan ini bertujuan untuk
membekali mahasiswa dan mahasiswi dengan wawasan Qur’ani dalam menghadapi
dinamika dunia fashion, sehingga mereka mampu memilih gaya berpakaian yang
sejalan dengan nilai-nilai syar’i sekaligus tetap adaptif terhadap model
kekinian, tanpa meninggalkan budaya kampus STIQ sebagai lembaga pendidikan
Al-Qur’an.
Seminar ini dibuka secara resmi
oleh Ketua STIQ, KH. Dr. H. Abd Hasib Salim, M.AP. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya bagi
mahasiswi untuk berpenampilan sesuai dengan prinsip-prinsip syar’i, termasuk
dalam memilih model pakaian yang dikenakan. Sebagai kampus yang menjadikan
studi Al-Qur’an sebagai inti kurikulum, penampilan para mahasiswa menjadi salah
satu aspek penting yang mencerminkan karakter kampus secara keseluruhan.
Ketua Program Studi, Ustadz Dony Ahmad, M.Pd., turut
menyampaikan sambutan. Dalam pesannya, beliau mengingatkan pentingnya
memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah, termasuk dalam hal
berpenampilan saat membuat konten atau tampil di ruang publik. Fashion yang
syar’i, menurut beliau, bukan hanya pernyataan personal, tetapi juga bagian
dari representasi Islam di era digital.
Seminar ini turut dihadiri oleh
beberapa pimpinan dan dosen STIQ, antara lain Ustadz Dr. H. Muh Haris Zubaidillah, M.Pd.
selaku Ketua II STIQ, dan Ustadz M. Syihabuddiin, M.Pd., dosen Program Studi
Bahasa Arab dan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Para peserta kegiatan terdiri dari
mahasiswa dan mahasiswi Program Studi IAT, dan kegiatan dimoderatori oleh
Maulana, mahasiswa semester II Program Studi IAT.
Sebagai narasumber utama, Dr.
Ustadz Nasrullah Muhammad Atha, Lc. menyampaikan materi bertema “Fashion
Islam: Antara Estetika dan Wahyu Ilahi”. Dalam paparannya, beliau mengajak
peserta untuk melihat fashion dari sudut pandang Al-Qur’an dan realitas sosial
kontemporer. Fashion saat ini bukan sekadar urusan gaya atau tren, melainkan
sudah menjadi medium komunikasi budaya, ekspresi sosial, bahkan pernyataan
ideologis. Di tengah maraknya eksploitasi tubuh dalam budaya populer, umat
Islam dituntut untuk memiliki kesadaran dalam menjaga kehormatan dan identitas
mereka melalui pilihan busana.
Beliau menjelaskan bahwa dalam
pandangan Islam, tubuh adalah amanah yang harus dijaga. Konsep berpakaian bukan
hanya soal menutupi aurat secara fisik, melainkan juga bagian dari ekspresi
iman dan kesalehan sosial. Oleh karena itu, busana syar’i bukanlah bentuk
ketertinggalan, tetapi justru sikap visioner yang menjunjung kehormatan dan
integritas diri.
Pemateri juga menampilkan refleksi
dari ayat-ayat Al-Qur’an seperti Surah An-Nur ayat 31 dan Surah Al-Ahzab ayat
59, serta beberapa hadis Nabi ﷺ, yang menegaskan pentingnya menjaga batas interaksi dan
kehormatan tubuh. Penegasan ini memperkuat bahwa fashion dalam Islam bersumber
dari wahyu, bukan semata budaya.
Lebih lanjut, peserta diperkenalkan
dengan beberapa tokoh Muslimah dunia yang mampu tampil elegan dalam busana
syar’i, sekaligus berprestasi di bidang keilmuan dan sosial. Tokoh-tokoh
seperti Dr. Hayat Sulaiman Sindi, Ibtihal Abu Saad, Dalia Mogahed, dan Dr.
Haifaa Younis menjadi inspirasi bahwa identitas Muslimah tidak menjadi
penghalang untuk berkontribusi dalam kemajuan peradaban. Hal serupa juga
dicontohkan oleh figur pria Muslim seperti Khabib Nurmagomedov yang konsisten
menampilkan komitmen keislamannya di tengah popularitas dunia.
Kegiatan berlangsung dalam suasana
yang interaktif, disertai dengan diskusi dan tanya jawab yang menggugah. Para
peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi dan memberikan tanggapan positif
terhadap tema yang diangkat. Banyak di antara mereka yang menyampaikan komitmen
untuk lebih memahami esensi berbusana dalam Islam serta menjadikan penampilan
mereka sebagai bagian dari dakwah personal.
Sebagai penutup, kegiatan
pengabdian ini berhasil membangun kesadaran kolektif bahwa fashion tidak
sekadar persoalan estetika, melainkan juga bagian dari ekspresi aqidah. Di era
yang sarat dengan budaya instan dan hedonisme visual, Islam hadir dengan prinsip-prinsip
abadi yang memuliakan manusia dari dalam. Maka, memilih busana syar’i bukan
hanya pilihan personal, tetapi juga pernyataan moral, intelektual, dan
strategis dalam membangun peradaban Islam yang bermartabat.
Materi dapat diunduh DI SINI
0 Komentar