Sebagai bentuk implementasi tridarma perguruan tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian kepada masyarakat akademik, M. Syihabuddin, M.Pd., dosen Pendidikan Bahasa Arab STIQ Rakha Amuntai, hadir sebagai narasumber dalam kegiatan Kajian Spesial Mahasiswa Bahasa Arab yang diselenggarakan oleh Departemen Keagamaan ITHLA DPW VI Kalimantan. Kegiatan ini digelar secara daring melalui Google Meet pada Rabu malam, 25 Juni 2025, dan terbuka untuk umum, dengan sasaran utama mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab dari berbagai perguruan tinggi Islam se-Indonesia.
Kajian ini mengangkat tema “Optimalisasi Bacaan Al-Qur’an sebagai Upaya Penguatan Iman dan Identitas Mahasiswa Bahasa Arab”. Tema ini menjadi sangat relevan di tengah realitas pembelajaran bahasa Arab yang seringkali terfokus pada aspek teoritis. Kegiatan ini bertujuan membangun kembali kesadaran bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an secara baik dan benar merupakan bagian dari karakter akademik dan spiritual mahasiswa. Tilawah yang tartil bukan hanya ibadah, tetapi juga bentuk konkret profesionalisme keilmuan sebagai pelajar bahasa wahyu.
Peserta yang hadir berasal dari berbagai kampus di bawah jaringan ITHLA se-Indonesia. Keikutsertaan mereka menciptakan suasana yang interaktif dan semangat kolaboratif. Diskusi dalam kegiatan ini berlangsung dinamis, memperlihatkan antusiasme mahasiswa terhadap topik penguatan spiritual berbasis Al-Qur’an. Kegiatan ini juga mempererat ukhuwah akademik lintas kampus dan wilayah.
Sebagai narasumber, M. Syihabuddin, M.Pd., menyampaikan materi dengan pendekatan komunikatif, memadukan sudut pandang akademik dan keislaman secara seimbang. Kajian ini menekankan pentingnya hubungan emosional mahasiswa terhadap mushaf sebagai teks hidup, bukan semata objek kajian linguistik. Mahasiswa tidak cukup hanya mampu menjelaskan i’rab, tetapi juga harus mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, penuh penghayatan, dan adab.
Kegiatan ini menjadi bagian dari ikhtiar membangun ekosistem pembelajaran bahasa Arab yang tidak tercerabut dari spiritualitasnya. Mahasiswa Bahasa Arab adalah pewaris bahasa wahyu. Maka dari itu, kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik merupakan tanggung jawab keilmuan dan kultural. Narasumber juga menekankan bahwa lisan yang benar mencerminkan pemahaman yang utuh.
Dalam penutup, peserta didorong menjadikan kajian ini sebagai pijakan perubahan kebiasaan. Strategi praktis seperti mengikuti Halaqah Tahsin, Melatih bacaan dengan media digital, dan membentuk komunitas Tilawah turut disarankan. Kegiatan ini menunjukkan bahwa pengabdian intelektual dapat dilakukan melalui ruang kajian yang membina ruhani sekaligus menguatkan identitas akademik mahasiswa Bahasa Arab.
Materi lengkap yang disampaikan dalam kegiatan ini dapat diakses DISNI
0 Komentar