Ad Code

Ticker

6/recent/ticker-posts

Seminar Al-Qur’an Bertajuk “Menelusuri Keindahan Qira’at Sab’ah Dalam Surah Al-Fatihah Dan Penafsiran Multidimensinya.”

 

Amuntai, 29 Juni 2025 Himpunan Mahasiswa (HIMA) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Amuntai sukses menyelenggarakan Seminar Al-Qur’an bertajuk ‘Menelusuri Keindahan Qira’at Sab’ah Dalam Surah Al-Fatihah Dan Penafsiran Multidimensinya’. Acara yang berlangsung di aula lantai tiga Kampus STIQ Amuntai ini dibuka dengan penuh hikmat melalui pembacaan ayat suci Al-Qur’an dengan riwayat Qira’at Nafi’ oleh mahasiswa IAT, Abdullah. Dilanjutkan dengan sambutan inspiratif dari Ketua STIQ Amuntai, Muallim Dr. H .Abdul Hasib Salim, M.AP. Seminar ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa tentang surah al-Fatihah dari dua bidang keilmuan, yaitu Ilmu Qira’at dan Ilmu Tafsir dengan menghadirkan dua narasumber ahli: Ustadzah Maskanah, M.Pd., yang membahas qira’at sab’ah dalam surah al-Fatihah, dan Ustadzah Nor Zakiah, M.Ag., yang mengulas tafsir multidimensi surah al-Fatihah. Acara ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa Prodi IAT STIQ Amuntai.

Sesi seminar dimulai dengan presentasi dari Ustadzah Maskanah, M.Pd., yang mengulas secara mendalam tentang qira’ah sab’ah. Sebelum mempraktikkan langsung berbagai bentuk bacaan dalam surah al-Fatihah, beliau terlebih dahulu menjelaskan pengertian dasar qira’at sab’ah serta menyoroti perbedaan-perbedaan spesifik dalam bacaan qira’at sab’ah yang terdapat dalam surah al-Fatihah. Penjelasan ini sangat krusial agar seluruh mahasiswa IAT mampu membaca dan melestarikan bacaan Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah Qira’at yang shahih.


Sesi seminar kedua dilanjutkan oleh Ustadzah Nor Zakiah, M.Ag., tentang tafsir multidimensi dalam surah al-Fatihah. Beliau menjelaskan bahwa tafsir multidimensi adalah produk dari integrasi metodologi tafsir Al-Qur’an. Metodologi ini menggabungkan berbagai pendekatan tafsir seperti ma’tsur/riwayah/naqli/atsari dan ra’yi/dirayah/’aqli/ijtihadi, yang kemudian diintegrasikan dengan sistematika tafsir seperti ijmali (global)/tahlili (analitik)/maudhu’i (tematik), dan muqaran (komparatif). Dan corak tafsirnya bisa mencakup aspek ‘aqadiy (akidah), fiqhi, shufi, ‘ilmiy (saintifik), hingga adab ijtima’i (sosial kemasyarakatan). Surah al-Fatihah yang memiliki tujuh ayat dan disepakati sebagai Makiyyah dinamakan ‘Umm al-Kitab’ (induk kitab) karena mencakup pokok-pokok dasar agama Islam secara ringkas (Akidah, Ibadah, dan Manahij al-Hayah). Surah ini juga dinamakan ‘As-Sab’ul Matsani’ (tujuh yang diulang-ulang) karena dibaca berulang kali dalam shalat, minimal 17 kali dalam sehari.

Beberapa poin menarik dari tafsir per ayat surah al-Fatihah: (1) Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim): Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk memulai segala aktivitas ‘dengan nama Allah’ untuk mendapatkan keberkahan dan memohon pertolongan-Nya. Basmalah menghimpun tiga nama Tuhan (Allah, Ar-Rahman, Ar-Rahim: Tauhid Asma’ wa Sifat). Dari 99 Asma’ul Husna, 80% menonjolkan sifat feminin dan 20% menonjolkan sifat maskulin, ini menunjukkan bahwa Allah SWT lebih suka dicintai daripada ditakuti. Dan disebutkan secara permanen dalam basmalah dua sifat utama Allah yang feminin (keibuan). Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama (Imam Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali) mengenai apakah basmalah bagian dari surah al-Fatihah atau bukan dan hukum membacanya dalam shalat. (2) Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin: Frasa ini adalah ungkapan pujian dan syukur kepada Allah. Penggunaan ‘Alhamdu Lillah’ berbeda dengan ‘Lillahi al-Hamd’, di mana yang pertama untuk mereka yang tidak mendebat, sedangkan yang kedua bertujuan untuk membungkam orang-orang musyrik yang suka mendebat Allah SWT. Dan Rabbil ‘Alamin, Rabb yang menciptakan, mengatur, dan memelihara (Tauhid Rububiyah) seluruh makhluk. (3) Ar-Rahman Ar-Rahim: Yang pertama menunjukkan rahmat Allah yang luas bagi seluruh makhluk di dunia, sedangkan yang kedua merujuk pada rahmat yang khusus bagi orang-orang mukmin sampai ke akhirat. (4) Maaliki Yaumiddin: Allahlah penguasa mutlak di hari pembalasan (kiamat). Terdapat perbedaan bacaan antara ‘Maalik’ (pemilik) dan ‘Malik’ (raja), keduanya memiliki makna mendalam terkait kontrol Allah atas properti dan manusia. (5) Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in: Ayat ini menekankan Tauhid Uluhiyah, yaitu hanya beribadah dan memohon pertolongan kepada Allah semata. Ini mencerminkan pola relasi ideal antara hamba dan Tuhan-Nya, di mana ta’abbud (penghambaan total) adalah kewajiban hamba, dan isti’anah (pertolongan) adalah hak prerogatif Allah. (6) Ihdina Shirathal Mustaqim: Doa memohon petunjuk ke jalan Islam yang lurus. (7) (jalan para Nabi, shiddiqin, syuhada, shalihin), bukan jalan orang-orang yang dimurkai (Yahudi) dan orang-orang yang sesat (Nasrani).


Seminar ini sukses menjadi forum penting dalam memperkaya khazanah keilmuan Al-Qur’an bagi seluruh mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir  (IAT) STIQ Amuntai. Diharapkan para peserta tidak hanya meningkatkan kompetensi akademik mereka, tetapi juga semakin menghayati makna dan pesan universal Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini merupakan wujud nyata komitmen HIMA IAT dan STIQ Amuntai dalam mencetak generasi ulama yang mumpuni, yang mampu memahami Al-Qur’an secara komprehensif dan relevan dengan tantangan zaman.

Materi Menelusuri Keindahan Qira’at Sab’ah Dalam Surah Al-Fatihah unduh DISINI

Materi Multidimensi Dalam surah al-Fatihah unduh DISINI

Posting Komentar

0 Komentar