Pada era
merdeka belajar, formula pembelajaran dioreientasikan pada penguasaan
ketrampilan abad 21. Menyikapi hal ini penting untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif serta memberikan kemerdekaan berfikir secara bebas,
memberikan ruang partisipasi aktif siswa, serta mengembangkan pembelajaran yg
menyenangkan. Sejalan dengan hal ini pula, adanya tuntutan pengembangan kompetensi
Abad 21, yaitu 4C: creative (berpikir kreatif), collaborative
(bekerjasama), communication (berkomunikasi), critical thinking (berpikir
kritis) tentu menjadi dasar bagi seorang guru untuk berinovasi dalam
melaksanakan pembelajaran. Untuk mendukung hal ini, Analog Teacher of
Learning mengadakan Diklat Pendidikan Nasional dengan mengusung tema Asesmen Pembelajaran Kurikulum Merdekaa dengan rangkaian acara selama 4 hari yaitu tanggal 17, 18, 19 dan 20 Mei 2023
dengan enam
narasumber dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu pemateri
adalah dosen dari STIQ Amuntai yaitu Hikmatu Ruwaida, M.Pd yang memberikan
materi pada tanggal 18 Mei 2023 dengan judul Penilaian Berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skills) di SD/MI.
Karakteristik
pembelajaran abad 21 yakni era revolusi pengetahuan seperti sekarang ini,
menjadi tantangan besar bagi para pendidik untuk selalu membuka wawasan dan
pengetahuan terhadap percepatan perkembangan IPTEK yg berpengaruh pada proses
pembelajaran. Maka dr itu proses
pembelajaran pun bukan hanya sekadar menghafal informasi, tetapi juga diarahkan
agar peserta didik mampu berpikir kritis, menganalisis dan memunculkan gagasan
baru untuk menyelesaikan masalah. Selain memiliki kepribadian yang baik,
kecerdasan dalam belajar, ketrampilan berpikir tingkat tinggi juga diperlukan
untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa mendatang. Agar terwujud tujuan
Pendidikan, proses pembelajaran hingga penilaian pembelajaran tentu perlu
dirancang dengan baik oleh para pendidik.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau keterampilan berpikir kritis
dibutuhkan pada masa yang akan datang. Diera revolusi industri 4.0,
keterampilan menganalisis dan mengambil keputusan yang tepat dan cepat
merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. Penilaian berbasis
HOTS tidak akan mendapat hasil yang diharapkan jika pembelajaran yang dilakukan
sebelumnya tidak berbasis HOTS. Jenis penilaian HOTS lebih dititikberatkan pada
penilaian aspek kognitif dengan pembagian level tingkat berfikir yang
proporsional, terdiri dari dari kognitif level 1 (pengetahuan) sebanyak 5%,
kognitif level 2 (pemahaman) sebanyak 10%,
kognitif level 3 (aplikasi) sebanyak 45%, kognitif level 4 (analisis) sebanyak
25%, kognitif level 5 (evaluasi)
sebanyak 10%, dan kognitif level 6 (mencipta) sebanyak 5%. Dengan proporsi yang
ideal, diharapkan kemampuan peserta didik dapat terukur dengan baik dan
signifikan mengalami peningkatan di level kognitifnya. Oleh sebab itu, pendidik
perlu melakukan perubahan terhadap proses pembelajaran terutama membuat
soal-soal yang berbeda dari sebelumnya.
0 Komentar