Ad Code

Ticker

6/recent/ticker-posts

Wujud Pengabdian Masyarakat; “Dosen IAT STIQ Amuntai Kawal Penilaian Lomba Syarhil Qur’an Pada MTQN Ke-51 HSU”


Nor Zakiah, M.Ag., dosen dari Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Sekolah Tinggi Ilmu Qur’an (STIQ) Amuntai, dipercaya menjadi dewan hakim pada Musabaqah Tilawatil Qur’an Nasional (MTQN) ke-51 Tingkat Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Acara yang diikuti oleh peserta dari 10 kecamatan se-Kabupaten HSU ini-meliputi Amuntai Selatan, Amuntai Tengah, Amuntai Utara, Babirik, Banjang, Danau Panggang, Haur Gading, Paminggir, Sungai Pandan, dan Sungai Tabukan-berlangsung dari tanggal 10-14 September 2025 di Kecamatan Danau Panggang.

Perlombaan ini dilaksanakan selama dua hari dengan jadwal yang padat, yaitu Kamis, 11 September, dari pukul 08.00 – 12.00 WITA dan dilanjutkan pukul 13.30 – 17.00 WITA. Kemudian, pada Jum’at, 12 September, dilaksanakan dari pukul 08.00 – 11.30 WITA. Setelah seluruh rangkaian lomba selesai, para dewan hakim termasuk Nor Zakiah, M.Ag., melaksanakan rapat pleno pada Sabtu, 13 September, pukul 14.00 WITA – selesai. Rapat pleno ini bertujuan untuk menetapkan hasil akhir seluruh cabang lomba, termasuk penentuan juara umum, peserta terbaik, dan peringkat kafilah secara resmi dan akuntabel.



Sebagai dewan hakim, Nor Zakiah, M.Ag., bertugas mengawal penilaian pada cabang lomba Syarhil Qur’an, sebuah cabang yang membutuhkan ketajaman analisis dan pemahaman mendalam terhadap isi kandungan Al-Qur’an. Keterlibatan ini menjadi wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya di bidang pengabdian masyarakat. Dalam tugasnya, Nor Zakiah, M.Ag., menilai aspek-aspek penting seperti substansi materi, orisinalitas, dan kemampuan peserta dalam menyampaikan pesan Al-Qur’an secara lugas dan relevan.


“Pengalaman saya sebagai dewan hakim di MTQN ini merupakan sebuah kehormatan sekaligus tantangan yang luar biasa. Ini bukan hanya sekadar tugas menilai, tetapi juga kesempatan untuk berkontribusi secara langsung dalam pembinaan generasi muda yang Qur’ani. Cabang Syarhil Qur’an, khususnya, menuntut kami untuk melihat lebih dari sekadar hafalan. Kami menilai bagaimana para peserta mampu memahami, menginternalisasi, dan menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an secara kontekstual dan relevan dengan isu-isu- kekinian. Sebagai akademisi, saya percaya bahwa ilmu pengetahuan harus kembali ke masyarakat dan memberikan dampak positif. MTQN menjadi wadah yang ideal untuk mewujudkan hal itu. Saya bisa melihat langsung bakat-bakat muda yang tumbuh di daerah, yang merupakan cerminan keberhasilan pendidikan agama di tingkat dasar hingga menengah. Saya berharap, kegiatan seperti MTQN ini terus didukung dan dikembangkan. Melalui kompetisi ini, kita tidak hanya melahirkan qari dan qari’ah terbaik, tetapi juga membentuk karakter generasi muda yang berakhlak mulia dan memiliki pemahaman agama yang mendalam. Pengalaman ini semakin memperkuat keyakinan saya bahwa tugas seorang pendidik tidak berhenti di ruang kelas, tetapi juga meluas ke tengah-tengah masyarakat untuk menjadi agen perubahan,” ujar Nor Zakiah, M.Ag.

Kehadiran perwakilan dari STIQ Amuntai sebagai dewan hakim di ajang bergengsi ini juga menjadi cerminan nyata dari komitmen kuat institusi dalam mencetak kader-kader ulama berintegritas dan siap berkontribusi langsung di tengah masyarakat. Partisipasi ini bukan sekadar bentuk dukungan, melainkan implementasi dari visi perguruan tinggi yang tidak hanya berfokus pada pendidikan formal di ruang kelas, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kontribusi nyata dalam pembangunan umat. Melalui keterlibatan aktif seperti ini, STIQ Amuntai menegaskan perannya sebagai lembaga pendidikan yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, khususnya dalam melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai keagamaan.

 

Posting Komentar

0 Komentar