Pada hari Kamis, 1 Mei 2025, bertempat di Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Nurul Musthofa, diselenggarakan kegiatan pembekalan calon pengurus baru Organisasi Santri Nurul Musthofa (OSNM) 2025-2026. Kegiatan ini menjadi agenda penting dalam regenerasi kepengurusan OSNM, sebagai langkah awal dalam menyiapkan kader-kader santri yang tidak hanya aktif, tetapi juga memiliki kompetensi dan integritas dalam mengelola organisasi berbasis pesantren. Kegiatan ini berlangsung selama satu pekan penuh, dengan berbagai materi pembekalan yang disusun secara sistematis dan komprehensif untuk membekali para peserta dari sisi intelektual, manajerial, spiritual, hingga moral.
Selama sepekan, para peserta mendapatkan berbagai materi penting, seperti dasar-dasar kepemimpinan santri, manajemen organisasi pesantren, penulisan administrasi dan pelaporan kegiatan, komunikasi organisasi yang efektif, pengambilan keputusan berbasis musyawarah, hingga penguatan ruhiyah dan nilai-nilai adab kepemimpinan ala pesantren. Selain itu, juga diberikan pelatihan teknis seperti pengelolaan program kerja, pengarsipan, public speaking, serta keterampilan mengelola konflik dan dinamika internal organisasi. Materi-materi tersebut disampaikan oleh berbagai narasumber yang berkompeten, baik dari kalangan asatidz, maupun alumni OSNM yang memahami konteks kepemimpinan santri.
Salah satu sesi yang paling ditunggu oleh peserta adalah pemaparan materi dari Ridhatullah Assya’bani, seorang narasumber yang dikenal luas sebagai motivator, pembina organisasi santri, dan figur muda yang aktif dalam gerakan sosial keislaman. Pada kesempatan tersebut, beliau menyampaikan materi yang sangat relevan dan inspiratif, yakni “Skill yang Harus Dimiliki dalam Berorganisasi.” Materi ini menjadi titik fokus penting karena para peserta sebagian besar merupakan santri yang baru pertama kali akan terlibat langsung dalam struktur organisasi dan memikul tanggung jawab kepemimpinan.
Dalam pemaparannya, Ridhatullah membuka sesi dengan sebuah refleksi: “Menjadi pengurus bukan sekadar memegang jabatan, tetapi adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban, baik oleh organisasi, masyarakat, maupun di hadapan Allah SWT.” Ucapan pembuka ini langsung menarik perhatian peserta, sekaligus menggugah kesadaran mereka tentang pentingnya membangun niat dan komitmen sejak awal.
Beliau menjelaskan bahwa ada lima keterampilan utama yang wajib dimiliki oleh seorang pengurus organisasi santri. Pertama adalah komunikasi efektif, yaitu kemampuan menyampaikan pesan secara jelas, santun, dan tepat sasaran, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam organisasi, komunikasi menjadi jembatan utama untuk menyatukan persepsi dan menjaga soliditas tim. Kedua adalah kemampuan manajerial, yakni keterampilan dalam merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengevaluasi program kerja. Beliau menekankan pentingnya setiap pengurus memahami tugas pokok dan fungsi masing-masing, serta mampu bekerja secara sistematis dan terukur. Ketiga, problem solving, atau kemampuan menyelesaikan masalah dengan pendekatan rasional dan musyawarah. Dalam organisasi, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, namun harus dikelola dengan bijaksana agar tidak menjadi konflik yang merusak. Keempat, leadership by example, yakni menjadi pemimpin yang mampu memberi teladan. Ridhatullah mengingatkan bahwa karakter pemimpin sejati terletak pada integritas dan keteladanan dalam hal kecil, seperti disiplin waktu, tanggung jawab, dan adab dalam berinteraksi. Kelima, dan yang paling penting, adalah penguatan spiritual dan adab, sebab organisasi santri tidak hanya menjalankan fungsi struktural, tetapi juga menjadi representasi nilai-nilai akhlakul karimah. Ridhatullah menekankan bahwa setiap langkah dan keputusan harus dilandasi dengan keikhlasan dan niat ibadah.
Selain penyampaian materi, sesi ini juga diisi dengan simulasi peran, di mana peserta diminta mempraktikkan berbagai situasi organisasi, seperti mengelola rapat, menyelesaikan konflik internal, hingga menyusun program kerja. Ridhatullah secara aktif memberikan umpan balik dan evaluasi, menjadikan suasana belajar semakin hidup dan interaktif.
Dalam sesi tanya jawab, peserta dengan antusias mengajukan pertanyaan seputar pengalaman menghadapi dinamika organisasi, cara menjaga semangat di tengah kesibukan belajar, serta strategi membangun tim yang solid. Semua pertanyaan dijawab dengan lugas dan diselingi kisah-kisah inspiratif dari pengalaman pribadi beliau semasa aktif di dunia organisasi.
Kegiatan pembekalan ini menjadi tonggak awal yang penting bagi para calon pengurus OSNM. Antusiasme dan keseriusan para peserta dalam mengikuti setiap sesi menunjukkan bahwa generasi santri saat ini siap untuk mengemban tanggung jawab dengan penuh dedikasi. Kehadiran tokoh seperti Ridhatullah Assya’bani semakin menguatkan tekad mereka untuk menjalankan organisasi ini tidak hanya sebagai rutinitas, tetapi sebagai ladang amal, dakwah, dan pembelajaran kepemimpinan yang sesungguhnya.
Harapannya, OSNM di masa mendatang akan terus berkembang menjadi organisasi santri yang progresif, solutif, dan mampu menjadi agen perubahan di lingkungan pesantren dan masyarakat luas.
0 Komentar